![]() |
| Forum diskusi bertemakan “Komunikasi: Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan |
Jakarta, Wartanegri - Pendidikan dan kebudayaan dinilai berperan penting dalam memajukan SDM Indonesia yang terlahir di era digital dan pesatnya teknologi. Hal tersebut guna memagari generasi penerus bangsa agar tidak terbawa arus bahaya laten dari teknologi itu sendiri.
Terlebih belakangan, pesatnya teknologi informasi malah disalahgunakan sejumlah pihak untuk membuat hoax, SARA, dan konten negatif. Sebagai cara mencegah dan mengajarkan generasi bangsa cerdas bermedia di era digital ini, Divisi Humas Polri menggelar forum diskusi bertemakan “Komunikasi: Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan” di Ballroom Grand Kemang Hotel Jakarta, Kamis (25/7/2019).
“Divisi Humas Polri sebagai salah satu satuan kerja di Polri yang memiliki fungsi menyalurkan informasi yang benar kepada masyarakat harus memainkan peran dan turut andil dalam menciptakan generasi milenial yang berkualitas dan intelektualitas demi masa depan bangsa dan negara,” kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol M. Iqbal, S.I.K., M.H dalam sambutannya yang dibacakan Brigjen. Pol. Dr. Dedi Prasetyo, M.Hum., M.Si., M.M pada acara diskusi itu.
Seniman Marcel Siahaan yang menjadi pembicara sepakat bahwa dewasa ini marak penyebaran berita-berita negatif. Untuk itu sebagai public figur, dia sendiri menerapkan filosofi 3 pintu. “Benar, penting, dan baik,” tegasnya.
Dia menerangkan, ketika menerima informasi, harus dicek terlebih dahulu kebenarannya. Jika informasi tersebut benar dan memiliki nilai penting untuk diketahui orang lain, Marcel mengaku akan menyebarkannya.
Tapi sebelumnya, dia akan mengkaji ulang apakah informasi itu baik untuk orang lain atau justru buruk.
“Kita harus punya kemampuan menyaring dan filtering. Saya percaya saya berada di sini bersama Divisi Humas Polri, saya sadar kita adalah satu keluarga. Bersama menjaga keluarga kita,” tutur dia.
Mantan presenter yang sekarang menjadi anggota DPR, Nico Siahaan menambahkan kemampuan saring dan sharing masyarakat Indonesia saat ini masih terbilang lemah.
Di sini, budaya dan pendidikan berperan penting untuk membentuk karakter-karakter yang cerdas di dalam bermedia sosial. Penanaman nilai-nilai Pancasila menjadi penting. Untuk itu dia menyarankan agar di setiap ruang pendidikan, nilai-nilai ideologi bangsa itu diperkuat.
Ruang-ruang seni juga perlu dibentuk. “Kalau dilaksanakan budaya makin besar. Anak Indonesia akan bangga dengan budaya dan nasionalisme akan tercipta,” imbuhnya.
Sementara itu, Deputi IV Kantor Staf Presiden Eko Sulistyo menuturkan, bangsa Indonesia dikaruniai kemajemukan suku, bahasa, agama, hingga budaya. Namun belakangan ada pihak-pihak yang coba mengganggu keberagaman itu.
“Kalau tidak dirawat dengan baik akan muncul hoax, ujaran kebencian yang bisa membelah persatuan kesatuan bangsa tentu NKRI tidak bisa kita satukan lagi,” katanya.
Maraknya hoax dan konten-konten negatif itu menurutnya perlu diseimbangi. Yakni dengan pendidikan dan kebudayaan. “Kita miskin konten yang kemudian bisa menjadi counter. Pendidikan dan kebudayaan ini konten dengan leluhur nenek moyang kita bisa menjadi alternatif,” sebutnya.
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid yang hadir dalam acara tersebut menyampaikan, Presiden Jokowi di hadapan forum rektor pernah mengatakan bahwa mungkin DNA Indonesia adalah seni budaya. “Yang harusnya menjadi andalan dari negeri ini adalah seni budaya,” sebut dia.
Sebab Indonesia saat ini sulit mengejar negara-negara industri seperti Tiongkok, Korea, bahkan Thailand. Sebab Indonesia masih tertinggal dari sisi teknologi hingga organisasi dunia usaha. Tapi kalau misalnya sekarang seni budaya kita jadikan titik tolak, jangan-jangan malah cepet (menjadi negara maju),” ucapnya.(Hms/Red)





