UKM Elen Cokelat: Dulu Ditolak, kini Diorder hingga Papua

Surabaya, Wartanegri - Mendekati hari kasih sayang atau yang dikenal dengan Hari Valentine, cokelat menjadi produk buruan untuk kado momen tahunan ini.

Selain itu, cokelat menjadi makanan yang banyak disuka. Karena itulah bisnis cokelat juga banyak dipilih orang untuk dilakoni.

UKM Elen Coklat sudah mengggeluti usaha ini sejak Oktober tahun 2014. Hingga kini mempunyai 14 item produk olahan cokelat.

Usaha gagasan Syani Novita Saragih (46), warga Semolowaru ini terus berkembang sejak ia bergabung di Pahlawan Ekonomi Surabaya.

Dia berhasil menjadi satu dari enam UKM yang berhak mewakili Kecamatan Sukolilo melaju ke tingkat kota.

"Produknya macam-macam, ada kripik singkong coklat,berbagai macam coklat lucu kemasan karton, bentuk love, cokelat stik, coklat tabung sampai kripik singkong coklat,"ujar ibu dua anak.

Berlatar belakang sebagai ibu rumah tangga, Nita, sapaan akrab Syani Nnvita Saragih, mempunyai keinginan untuk berwirausaha pada tahun 2010.

Saat itu, Nita bertamu di rumah ketua RT, kemudian ia mengetahui istri ketua RT yang sedang membuat kurma isi mente yang dilumuri cokelat.

Sejak saat itu, keinginannya semakin menggebu untuk memulai usaha cokelat.

”Apalagi anak-anak saya juga suka coklat,” jelasnya.

Berbekal uang Rp 50 ribu yang dimilikinya, istri Agus Ilham ini membeli 0,5 kilogram kurma seharga Rp 10 ribu, kacang mente sebanyak Rp 15 ribu, dan seperempat kilogram cokelat batang.

Bahan-bahan sudah tersedia, namun Nita belum mengetahui cara pembuatannya. Dia pun bertanya kepada ibu mertua cara mengolah mente dan cokelat.

Namun, di percobaan pertamanya ia gagal. Ibu dua anak ini pun membeli buku tentang mengolah cokelat di toko buku. Dari buku tersebut, Nita mulai belajar dan mengasah kemampuannya mengolah cokelat.

Ternyata memang tidak semudah kelihatannya, awalnya saya jual ke teman-teman saya, kemudian pesanan semakin melebar dan saya buat UKM," ungkapnya.

Produk cokelat stik dan cokelat yang dicetak buatannya sering ditolak saat ia menitipkan di toko.

Tetapi perempuan kelahiran Kerinci ini tak patah semangat hingga berhasil masuk ke toko kue dan toko-toko oleh-oleh.

Berbekal ruang produksi di ruang tamu dan pengemasan di kamar tidurnya yang ber AC. Usaha yang telah dilengkapi P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga) ini telah mempekerjakan 5 orang. Dan saat ini omzet Nita mencapai Rp 30 juta per bulan.

“Sekarang pesanan rutin ada di Papua dan beberapa toko oleh-oleh khas Surabaya, itu saya sudah cukup kewalahan,” ujarnya.

Upaya Nita memulai usaha kini mulai merambat pada anak sulungnya. Niatan memulai usaha sebelum melanjutkan sekolah dilakukan anaknya dengan membuat produk kripik kentang.

Rizky Karisma Ilham (18), putra sulung Nita mengungkapkan sudah mulai memikirkan ide bisnis sejak dudk dikelas XII SMAN 1 Surabaya.

Saat belum diterima di perguruan tinggi negeri justru memacunya lebih serius memulai usaha.

“Dikasih saran orang tua untuk tidak usaha cokelat, lebih ke usaha yang tidak tergantung pada suhu dingin,” jelasnya.

Lagi-lagi, kegemaran keluarga menjadi ide bisnis keluarga. Eki sapaan akrabnya kemudian membuat kripik kentang dari ide camilan favoritkeluarga tersebut.

Berbekal ruangan yang digunakan kantor, Eki kini memproduksi kripik kentang dengan bantuan 1 pegawai. Produknya juga mulai dipasarkan bersamaan dengan produk Elen Cokelat.@DON